Jumat, 31 Agustus 2012

Info Seputar "HIV & AIDS"


Apakah HIV?
HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
Apakah AIDS?
AIDS adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.
Apakah gejala-gejala HIV?
Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.
Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV.
Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS.
Kapankah seorang terkena AIDS?
Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut.
Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:
  • Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
  • Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)
  • Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau
  • Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.
Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh orang yang sehat, dapat diobati.
Seberapa cepat HIV bisa berkembang menjadi AIDS?
Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.



Kunjungi home kami : http://zentheis.blogspot.com/

Kunjungi Facebook Kami https://www.facebook.com/Zentheis
»»  READMORE...

REAKSI KIMIA DALAM LARUTAN AIR


Salah satu pelarut yang paling penting bagi reaksi kimia adalah air. Air suatu zat yang umum tapi merupakan pelarut yang baik untuk bermacam zat kimia baik yang berbentuk ion atau molekul. Malah, kemampuan air untuk melarutkan bermacam zat kimia dalam berbagai derajat merupa­kan kekhawatiran pokok dari masyarakat modern sekarang, yang se-clang bergumul dengan bertambahnya persoalan pencemaran air pada daerah padat penduduk. Banyaknya perhatian yang telah diberikan pada reaksi dalam larutan air, sebagian karena air merupakan pelarut umum yang mudah didapat dalam laboratorium dan sebagian lagi karena ada­nya reaksi pencemaran air yang potensial disekeliling kita dan jugs disebabkan karena air merupakan media dimana reaksi biokimia terjadi.
ISTILAH-ISTILAH PADA LARUTAN
Banyak istilah yang kita pakai pada pembicaraan mengenai larutan telah diperkenalkan pada modul  Termasuk istilah pelarut (solven) dan zat terlarut (solut). Solven umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai solut. Pada larutan yang mengandung air maka air tersebut selalu dianggap sebagai solven walaupun jumlahnya relatif sedikit. Misalnya pada cam­puran dari H2SO4 96% dan H2O 4% berat, dinamakan "asam sulfat pekat", menggambarkan bahwa sejumlah besar asam sulfat dilarutkan dalam sedikit air, jadi air merupakan solven dan H2SO4 solutnya.
lstilah lain yang adalah pekat dan encer. Canaan pekat mengandung relatif lebih banyak solut dibanding solven se­dangkan larutan encer mengandung relatif lebih sedikit solut dibanding solvennya. Ditekankan di sini kata relatif, sebab ada larutan disebut pekat bila dibandingkan dengan larutan lain yang mempunyai perban­dingan solut lebih rendah terhadap solvennya.

Dalam beberapa hal, ada batas dari jumlah solut yang dapat lanit dalam sejumlah solven pada temperatur tertentu. Misalnya bila kita tambahkan natrium klorida pada 100 ml air pada 0°C hanya 35,79 g garam yang akan larut, berapapun banyaknya jurnlah garam yang kita masulckan. Kelebihan NaCl rya akan mengendap di dasar wadah. Suatu larutan yang mengandung sejumlah solut yang larut clan mengadakan kesetimbangan dengan solut padatnya disebut larutan jenuh dan jumlah solut yang larut dalam larutan jenuh ini dinamakan kelarutan zat tersebut sehingga kelarutan dari natrium klorida dalam air pada 0°C adalah 35,7 g NaCI dalam 100 ml- air. Berarti untuk kelaruitan, kita selalu harus menyebut temperaturnya.

Bila suatu larutan mengandung solut kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh, dikatakan larutan tidakjenuh. Misalnya bila akan melarutkan 20 g NaCI dalam 100 mL air pada 0°C. Suatu larutan tak jenuh masih mampu melarutkan lebih banyak solut, dalam hat ini penambahan 15,7 g NaCI dapat dilarutkan tiap 100 mL air.
Penting diketahui bahwa istilah jenuh dan tak jenuh tak ada hubung­an secara langsung dengan istilah larutan pekat dan encer. Misalnya suatu larutan jenuh perak klorida pada temperatur kamar hanya mengan­dung 0,000089 g AgCl/100 mL air, sehingga bisa kita anggap larutan encer. Tetapi sebaliknya diperlukan kira-kira 500 g litium klorat (Li-CIO,) per 100 mL untuk membuat larutan jenuh nada temperatur yang sama. Pada hat larutan yang mengandung 400 g LiClO, dalam 100 niL air sudah dikatakan pekat walaupun belum jenuh.

Akhimya ada beberapa zat yang acap kali mernbentl ik larutan sangat jenuh (super saturated) vaitu larutan yang inengandLIM- lebih banyak solut dari pada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Contohnya adalah natrium asetat (CH3COONa) Pada 0°C senyawa ini dapat larut sampai. mencapai 119 g/100 int., tetapi kelarutannya akan bertambah dengan naiknya temperatur. Bila suatu larutan tak jenuh yang panas yang me­ngandung 119 g lebili NaC,H2O, per 100 ml didinginkan sampai 0°C, scharusnya kelebihan solut akan mengendap pada dasar larutan, tetapi biasanya tidak. Kelebihan solut akan tetap berada dalam bentuk larutan.

ELEKTROLIT
Umumnya air adalah pelarut (solven) yang baik untuk senyawa ion dan larutan air yang yang mengandung zat-zat ini akan mempunyai sifat-si­fat yang khan, salah satu adalah dapat meneruskan arcs listrik. Dapat diperlihatkan oleh alai pada Gambar 5.2. Bila elektroda dicelupkan ke dalam air murni, bola lampu tak akan menyala karena air adalah kon­duktor listrik yang sangat jelek. Tetapi bila suatu senyawa ion yang larut seperti NaCI ditambahkan pada air, setelah solutnya lanit, bola lampu mulai menyala dengan terang. Senyawa seperti NaCl yang membuat larutan menjadi konduktor listrik disebut elektrolit.
Bagaimana keterangan dari sifat konduktor listrik larutan senyawa ion dalam air ini? Ketika zat larut dalam air, ion-ion yang tadinya terikat kuat dalam zat padatnya akan lepas dan melayang-layang dalam larutan, bebas satu dengan yang lain. Dikatakan senyawa telah terdisosiasi atau melepaskan diri menghasilkan ion-ion dan adanya ion-on bebas inilah yang menyebabkan larutan menjadi konduktor listrik.

Keterangan mengenai elektrolit ini pertama kali diberikan oleh Svante Arrhenius , ahli kimia terkeital dari Swedia. Sangatlah menarik untuk disimak bahwa hampir saja is tak diberikan gelar doktornya pada tahun 1884 di Universitas Upsala, Swedia, karena mengemukakan hal ini. Bagaimanapun teorinya tetap bertahan sampai kini, karena telah menerangkan dengan sukses mengenai sifat larutan garam.
Bila senyawa ion berdisosiasi dalam air, ion-ionnya tak bebas sama sekali, karena ion-ion tersebut akan dihalangi oleh molekul-molekul air sehingga dikatakan akan terhidrasi. Hal ini dinyatakan dengan tulisan (aq) dibelakang dari rumus ion-ion  tersebut. Misalnya pada disosiasiNatrium klorida yang terjadi bila zat padatnya dilarutkan dalam air dapat atakan dalam persamaan:

NaCl(s) ----> Na+(aq) + CI-(aq)

Kerapkali, untuk mudahnya huruf s dan aq dihilangkan saja.
Terbentuknya ion-ion dalam larutan tak hanya terbatas untuk senya­wa ion saja. Banyak juga zat berbentuk molekul yang bereaksi dengan air akan menghasilkan ion-ion sehingga juga merupakan suatu elek­trolit. Contohnya adalah HCI. Bila gas HCI dilarutkan dalam air, akan terjadi reaksi sebagai berikut:
HCI(g) + H20  à  H2O+(aq) + Cl-(aq)
Reaksi semacam ini biasanya disebut reaksi ionisasi karena mengha­silkan ion-ion yang sebelurnnva tak ada (Tetapi sering disebut sebagai disosiasi agar tak usah menggunakan istilah yang berbeda untuk elek­trolit ion dan molekul). Reaksi terjadi karena adanya perpindahan pro­ton atau ion hidrogen (H+) dan molekul HCI ke molekul air meng­hasilkan ion hidronium H2O+ dan ion klorida (CI-). Sehingga walaupun hidrogen klorida murni berada sebagai molekul yang kelistrikannya netral (cairan HCI tak menghantarkan listrik) bila dilarutkan dalam air akan teqadi reaksi kimia dan menghasilkan ion dan menjadi suatu elektrolit.

Seperti terlihat, ion hidronium merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dibicarakan pada reaksi kimia dalam lamtan air. Sangatlah berguna untuk menganggap ion hidronium itu sebagai ion H+ atau proton yang berasosiasi dengan molekul air. Kita dapat melakukan hal ini karena bila ion hidronium bereaksi, akan dilepaskan protonnya dan yang tinggal molekul air sebagai salah satu hasil reaksi. Sebetulnya H20 dari ion hidronium hanya bertindak sebagai pembawa untuk ion H+. Karena itu ion hidronium sering ditulis sebagai H+, dan kita sering membicarakan ion H30+ sebagai ion hidrogen. Bila H20 dari H30+  ion kita hilangkan, disosiasi HCI dapat ditulis sebagai berikut:
HCI(aq) à 4 H+(aq) +  Cl-(aq)
Walaupun kita menulis hanya H+, harus selalu diingat bahwa paling sedikit satu tapi mungkin ada beberapa lagi molekul H20 yang berasosi­ dengan proton ini dalam larutan


Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah
Dua contoh elektrolit yang dibicarakan diatas yaitu NaCl dan HCl, dalam larutan akan terdisosiasi secara sempurna; 1 mol NaCl akan memberikan 1 mol Na+ dan 1 mol Cl-, demikian juga 1 mol HCl akan menghasilkan 1 mol ion H+ dan 1 mol ion Cl-. Zat-zat semacam NaCI dan HCI yang dalam larutan akan terdisosiasi sempurna disebut elektrolit kuat.
Banyak juga zat-zat yang berbentuk molekul bila dilarutkan dalam air yang sama sekali tak mempunyai kemampuan untuk terionisasi. Contohnya alkohol dan gula. Bila senyawa-senyawa ini dilarutkan dalam air, molekul-molekulnya hanya bercampur dengan molekul-­molekul air membentuk larutan yang homogen, tetapi larutannya tak mengandung ion-ion karena solutnya tak bereaksi dengan air. Karena solut ini tak menghasilkan ion dalam larutan, larutannya tak menghan­tarkan listrik dan solut semacam ini dinamakan non elektrolit.
Diantara elektrolit kuat dan nonelektrolit ada sejumlah senyawa yang disebut elektrolit lemah. Senyawa-senyawa ini menghasilkan larutan yang menghantarkan listrik, tetapi lemah sekali. Contohnya asam asetat CH3COOH suatu zat yang membuat cuka rasanya asam. Bila elektroda dari alas konduktor dicelupkan ke dalam larutan asam ini dari bola lampu hanya redup saja.
Dalam larutan asam asetat, hanya sebagian kecil dari molekul asam asetat yang dihasilkan reaksi berikut ini berbentuk ion

CH3COOH (aq)  à CH3COO- (aq) + H+ (aq)

MisaInya dalam larutan CH3COOH 1,0 M hanya kira-kira 0,42% yang bereaksi. Sisanya masih tetap berbentuk molekul yang tak bermuatan.
Sangatlah penting untuk dibicarakan sebab dari keterbatasan dari derajat disosiasi elektrolit lemah ini, karena hal ini akan mengabaikan hal-hal penting dari konsep kimia, sehingga akan diuraikan dalam modul dibelakang.
Pada larutan asam asetat, molekul-molekul CH3COOH secara tetap akan bertumbukan dengan molekul air dan setiap tumbukan ada ke­mungkinan sebuah proton dari molekul CH3COOH akan berpindah ke molekul air dan menghasilkan H+ serta CH3COO- ion. Tapi dalam larutan ini ada juga pertemuan antara ion asetat dan ion hidronium. Bila kedua ion ini bertemu, kemungkinan besar dari ion H+  akan melepaskan protonnya ke ion CH3COO- untuk membentuk kembali mo­lekul-molekul CH3COOH dan H20. Sehingga dalam larutan ini ada dua reaksi yang berjalan bersamaan

CH3COOH    + H2O  à   H+  + CH3COO-

H+  + CH3COO-          à   CH3COOH    + H2O 

Biila kecepatan reaksi (1) untuk membentuk ion-ion sama dengan ke­cepatan reaksi (2) yang menghilangkan ion-ion tersebut, maka konsen­trasi masing-masing zat dalam larutan tak akan berubah. Malah mulai saat ini konsentrasi masing-masing zat akan tetap, walaupun bila kita teliti ada beberapa unit CH3COOH yang kadang-kadang berbentuk ion CH3COO- , kadang-kadang sebagai molekul CH3COOH. . Keadaan sema­cam ini disebut seimbang. Disebut keseimbangan dinamik karena dalam larutan selalu terjadi perubahan — tedadi dua rekasi: ion-ion bereaksi menjadi molekul dan molekul bereaksi membentuk ion-ion.
Untuk menunjukkan adanya reaksi kesetimbangan dalam suatu reaksi, digunakan dua tanda panah == > pada reaksi kimianya. Sehingga, kesetimbangan yang kita bicarakar, ditulis sebagai berikut:

CH3COOH    + H2O  == >   H+  + CH3COO-

Penggunaan panah dua arah ini menyatakan bahwa kecepatan reaksi dari kiri ke kanan adalah sama dengan kecepatan reaksi dari kanan ke kiri. Dalam larutan asam asetat kecepatan reaksi yang sama ini terjadi sewaaktu sedikit asam asetat yang telah terionisasi. Dalam hal semacam ini dikatakan bahwa larutan asam asetat kecil. Jadi keadaan setimbang yaitu perbandingan relatif antara pereaksi dan hasil reaksi lebih kuat ke kiri berarti lebih banyak ke arah bentuk molekul. Dengan kata lain hampir seluruh asam asetat berada dalam bentuk tak terionisasi.

Untuk elektrolit kuat seperti HCl, reaksi dari ion-ionnya untuk mem­bentuk molekul kemungkinannya tak ada. Bila ion H+   bertemu de­ngan ion Cl- dalam larutan, tak terbentuk apa-apa. Sebab itu bila HCl dilarutkan dalam air, hanya reaksi ke kanan yang terjadi dan segera seluruh HCl akan berubah menjadi ion-ion. Solut akan terionisasi 100%. Bila kita menulis persamaan reaksi untuk elektrolit kuat dalam air, kita hilangkan tanda panah ke kiri karena reaksinya tak terjadi. Karena itu untuk reaksi HCl ditulis
HCL(aq) + H2)   à H+ + Cl -(aq)

Konsep dari kesetimbangan dinamik sangatlah penting. Semua pro­ses, baik kimia atau fisika selalu akan bergerak ke arah kesetimbangan dan kita akan menggunakan konsep ini dalam bab-bab yang akan datang untuk menganalisis perubahan fisika maupun reaksi kimia

REAKSI ANTARA ION-ION
Banyak reaksi-reaksi kimia yang dilakukan dalam laboratorium, yang merupakan bagian dalam pelajaran kimia, melibatkan elektrolit-elek­trolit yang dilarutkan dalam air. Umumnya, reaksi-reaksi ini terjadi antara ion-ion yang ada dalam larutan, sebab itu dapat disebut reaksi ­reaksi ion. Contoh yang khas adalah reaksi yang tedadi bila larutan
natrium klorida dan perak nitrat dicampur, yang diperlihatkan dalam. Ketika larutan yang satu ditambahkan pada yang lain, suatu. endapan putih dari perak klorida terbentuk. Bila larutan natrium klorida mengandung 1 mol NaCl dan larutan perak nitrat mengandung 1 mol AgNO3Maka 1 mol AgCI akan terbentuk dan larutan akan me­nganduilg I mol NaNO3 yang terlarut. Bila diinginkan, kita dapat memi­sahkan AgCI dari larutan dengan jalan menyaring campuran. Bila filtrat, air yang jernih yang melalui kertas caring, diuapkan, yang tinggal adalah kristal NaNO3.
Persamaan kimia untuk perubahan yang terjadi adalah
AgNO,(aq) + NaCI(aq)  à             AgC1(s) + NaNO,(aq)
Reaksi semacam ini, dimana terjadi pertukaran tempat dari anion dan kation dinamakan metatesis atau perubahan rangkap, (Cl- menggan­tikan NO, - dan NO3 - menggantikan CI-).
Persamaan di atas dinamakan persamaan molekuler, sebab semua pereaksi dan hasil reaksi ditulis seolah-olah zat-zat tersebut berbentuk molekul. (Tentunya kamu telah mengetahui bahwa zat-zat ionik dalam keadaan padat maupun larutan tak berbentuk sebagai molekul. Di­namakan saja persamaan molekuler karena tak diperlihatkan adanya ion-ion).
Penyajian yang lebih tepat dari reaksi ini seperti yang terjadi sesung­guhnya didapat bila kita memperhatikan apa yang terjadi bila solut dilarutkan dalam air. Seperti telah dibicarakan sebelumnya, tiap senyawa ion yang larut, pada larutan berada bukan dalam bentuk molekul tapi sebagai ion-ion yang tersebar dalam pelarut. senyawa ini 100% akan terdisosiasi. sebab itu, dalam air NaCl berada dalam bentuk ion Na+ dan Cl-. Demikian juga larutan AgNO3, berada sebagai ion Ag+ dan ion NO3 -. Bila kedua larutan dicampur, eat padat AgCI terbentuk karena
bergabungnya ion Ag+ dan ion CI-. Zat padat dalam larutan yang terben­tuk karena reaksi kimia dinamakan suatu endapan. Larutan yang ada setelah terbentuk AgCI hanya mengandung ion Na+ dan ion NO3 -, jadi
adalah larutan Natrium Nitrat (NaNO3). Untuk menunjukkan zat-zat Yang seluruhnya terdisosiasi dalam reaksi ini kita tulis persamaannya sebagai berikut:
Ag'(aq) + NO, -(aq) + Na-(aq) + C1 (aq) ---> AgCl(.Y) + Na'(aq) + NO3 -(aq)
Persamaan ini disebut persamaan ionik dan didapat dengan menulis rumus dari tiap elektrolit kuat yang larut dalam bentuk terdisosiasi dan. rumus "yang tak larut dalam bentuk molekuler".
Bila diperiksa persamaan ionik dari reaksi ini, terlihat bahwa ion Na+ dan NO3 - tak merigalami perubahan. Ion Na+ dan NO3 - yang sama tetap





Kunjungi home kami : http://zentheis.blogspot.com/

Kunjungi Facebook Kami https://www.facebook.com/Zentheis
»»  READMORE...

Kamis, 30 Agustus 2012

SUSUNAN BERKALA DAN BEBERAPA SIFAT UNSUR "KIMIA"



 Beberapa Sifat Unsur
Cakupan sifat-sifat yang diperlihatkan. oleh unsur sangat mengagumkan. Pada temperatur kamar, sebagian bersifat gas, sebagian bersifat cair dan lainnya padat. Sebagian lagi bersifat logam (metal), sebagian bukan logam, sebagian lainnya ada pula yang mempunyai sifat di antara keduanya, sebagian unsur keras, sebagian lagi lunak, sebagian sangat padat (very dense) dan yang lainnya sangat ringan (low density). Karena sangat beragarnnya sifat-sifat unsur, dicari jalan atau cara untuk mem­bagi sifat-sifat unsur, sehingga dapat memudahkan pengertiannya..

Salah satu metoda yang paling sederhana untuk mengklasifikasi unsur ini adalah membaginya menjadi tiga kategori: logam (metal), non-logam (non-metal) dan metaloid. Unsur-unsur yang ada dalam setiap kategori mempunyai beberapa sifat yang berbeda-beda.
Logam (Metal)
Setiap orang pernah melihat logam, misalnya besi pada telapak kuda, kertas pembungkus dari aluminium (Al-foil), kawat tembaga atau bumper mobil yang dilapisi krom (chrom-plated). Dan Anda juga tidak akan raga-raga dengan beberapa sifat logam, meskipun Anda tidak begitu mengetahui tentang sifat-sifatnya. Salah satu contoh, misalnya adalah bentuk yang menarik dari logam. Cahaya dari logam sangat spesifik, sehingga disebut cahaya metal (metallic luster)
Logam juga mempunyai sifat yang sama dalam kemampuannya mengubah bentuk tanpa pecah, jika ditempa dengan pemukul (hammer) atau ditarik untuk meluruskannya. Semua, logam mempunyai kemam­puan seperti ini sampai derajat tertentu. Kemampuan mengubah bentuk jika dipukul disebut malleabilitas (malleability) dan beberapa logam, misalnya emas dapat ditempa atau diperas sampai sangat tipis. Daun emas, misalnya terdiri dari emas dan sedikit perak dan tembaga yang didorong masuk ke dalam lapisan yang sangat tipis (kira-­kira 1/280.000 inci) yang menyebabkan campuran logam ini transparan, sehingga sebagian sinar dapat melewatinya. Sifat mudah ditempa (len­tur) dari logam juga merupakan sifat yang dapat digunakan oleh pandai besi untuk membuat sepatu kuda dan pandai perak dalam membuat kerajinan dari perak.
Kemampuan logam yang dapat diluruskan jika ditarik dari arah yang berlawanan disebut mempunyai sifat lentur (ductility). Sifat ini diguna­kan pada pembuatan kawat. Logam yang akan dijadikan kawat dapat berupa baja, tembaga atau bras (cam­puran logam yang terdiri dari tembaga dan seng), dibuat dulu menjadi batang. Salah satu batang diperkecil melalui suatu alat yang berputar yang dapat mengubah batang kawat menjadi lebih kecil lagi dan kawat yang terbentuk dikumpulkan pada "pulling divice" pada sisi lainnya. Dengan deinikian logam tersebut dibawa melalui alat penipis batang (die) dimana ukuran garis tengahnya menjadi berkurang dan panjang­nya bertambah.
Non Logam
Kebanyakan unsur non logam jarang dijumpai dalam bentuk unsurnya yang murni dalam kehidupan sehari hari, yang sering dijumpai adalah dalam bentuk senyawa kimia (compound). Salah satu benda non logam yang banyak diketahui adalah karbon, yang terjadi di alam dalam dua bentuk yang berbeda.. Salah satu bentuk karbon  yang cukup dikenal adalah grafit. Bentuk ini banyak dijumpai pada arang bakar dan isi pencil. Bentuk karbon vane kurang dikenal tetapi sangat berharga adalah berlian (diamond ). Grafit dan berlian adalah dua sifat yang sangat berbeda jika dikaitkan sebagai logam. Kedua bentuk karbon tersebut tidak mempunyai  sifat sebagai logam yang mudah ditenipa atau bersifat lentur (ductile).
Non logam lainnya yang sangat banyak dijumpai adalah oksigen dan nitrogen, yaitu komponen yang penting dari atmosfir. Biasanya kita tidak sadar akan kehadirannya, karena kedua nonlogam ini adalah gas yang tidak dapat dilihat. Scperti telah dipelajari sebelumnya, oksigen dan nitrogen terdiri dari molekul yang mempunyai dua atom (molekul diatom), molekul yang mengandung dua atom dalain setiap molekulnya. Unsur nonlogam lainnya yang bentuk molekulnya juga sama dengan oksigen dan nitrogen kebanyakan juga berbentuk gas adalah hidrogen (H2), fluor (F), klor (Cl), Brom (Br) clan Yodium (Y), unsur ini juga mengandung dua atom dalam setiap molekulnya, tetapi brom berbentuk cair dan Yodium berbentuk padat pada temperatur kamar.

Sama seperti sifit-sifat logam yang, batasnya sangat luas, demikian juga sifat-sifat unsur non-logam. Seperti yang telah disarnpaikan se­belumnva, beberapa unsur berbentuk gas dan ada satu (brom) berbentuk cair. Ada yang berbentuk padat, karbon adalah salah satu con­tohnya. Disamping perbedaan dalam sifat- sifat fisika, unsur nonlogam juga berbeda dalam sifat-sifat kimianya. Fluor misalnya sangat reaktif, tetapi helium inert (tidak reaktif sama sekali).

Metaloid
Metaloid adalah unsur yang mempunyai sifat antara logam dan non logam. Perbedaan ini. yang merupakan hal yang sangat penting akan diuraikan lebih terinci pada pembahasan selanjutnya. Antara logam (metal) dan nonlogam (nonmetal). Contoh yang paling terkenal adalah elemen silikon. Yang lainnya misalnya arson (As) dan antimon (Sb). Jika dilihat dari bentuk luarnya, unsur ini agak berbentuk logam, tetapi warna gelapnya agak berbeda. Bentuknya agak berbeda jika dibandingkan dengan logam yang spesifik misalnya besi atau perak.
Metalloid adalah semikonduktor yang spesifik, unsur ini dapat meng­antar arus listrik, tetapi tidak tepat sama seperti logam. Sifat semikon­duktor ini sangat berguna dalam industri elektronik, karena unsur ini dapat memungkinkan alat-alat milcroelektronik diperoleh dalam bentuk ukuran kecil (dapat digenggam dalam Langan) misalnya dijumpai dalam kalkulator dan mikrokomputer.
Susunan Berkala yang Pertama
Sifat kimia dan fisika seperti yang diuraikan dalam paragraf sebelum ini, telah ditemukan pada permulaan sejarah ilmu kimia. Ilmuwan pada permulaan tahun 1800, telah mengumpulkan sejumlah informasi yang sangat penting tentang unsur yang mereka ketahui. Pengetahuan ini bagaimanapun juga, merupakan kenyataan yang sangat penting meski­pun sebagian-sebagian atau tidak berhubungan yang dibutuhkan dalam melakukan beberapa percobaan sebelum informasi yang sempurna da­pat dicapai. Pada permulaannya percobaan-percobaan yang dilakukan untuk mengklasifikasikan unsur hasilnya sangat terbatas dan tidak sampai pada tahun 1869, pelopor daftar periodik yang modern menemukan cara untuk mengatasinya. Penemuan ini merupakan hasil kerja dua ahli kimia, Dmitri Mendeleev dari Rusia dan Julius Lothar Meyer dari Jerman. Mereka bekerja secara terpisah, tetapi menghasilkan daftar periodik yang sama pada waktu yang hampir bersamaan. Mendeleev mempre­sentasikan hasil kerjanya di depan Persatuan Ahli Kimia Rusia (Russian Chemical Society) pada permulaan tahun 1869, tetapi daftar periodik Meyer belum muncul sampai bulan December tahun itu. Dalarn-hal ini Mendeleev lebih beruntung karena telah memperagakan lebih dahulu penemuannya, sehingga dia Iebih dikenal sebagai penemu daftar periodik.
Mendeleev adalah seorang guru kimia, dimana ketika dia memper­siapkan buku penuntun (text book) untuk muridnya, dia menemukan bahwa jika unsur disusun menurut massa atom yang menaik, unsur dengan sifat-sifat yang sama akan dijumpai jarak (interval) secara perio­dik (periodic interval). sebagai contoh, diambilnya unsur litium (Li), natrium (Na), kalium (K), dan rubidium (Rb). Setiap unsur membentuk senyawa yang larut dalam air jika direaksikan dengan khlor dengan rumus urnum MCI, dimana M adalah Li, Na, K dan seterusnya. Meski­pun hal ini suatu kenyataan yang menarik, yang paling penting adalah bahwa jika kita teliti unsur setelah Li, Na, K dan Rb dalam daftar (Be, Mg, Ca dan Sr, misalnya), unsur-unsur ini juga termasuk grup unsur yang sama. Misalnva unsur ini membentuk senyawa'BeCl2, MgCl2, CaCl2 dan SrCl2,. Mendeleev menemukan fakta (phenomena) seperti ini terjadi berulang-ulang dalam daftar unsurnya dan dia sadar bahwa daftar ini dapat dibaginya menjadi beberapa seri barisan (row). Jika satu deratan unsur terletak di atas deretan yang lain, maka deretan unsur itu mem­punyai sifat yang sama dalam kolom vertikal. Hasilnya adalah merupa­kan susunan berkala yang pertama.

Ketika Mendeleev menyusun hal ini, belum semua unsur ditemukan. Dia menyadari hal ini, karena untuk selalu memperoleh unsur yang sama dalam satu kolom atau grup, dia selalu terpaksa mengosongkan tempat dalam daftarnya. Hal ini juga diperlakukannya untuk membalik susunan massa atom, misalnya tellurium (Te) dan iodium (I), dimana massa atomnya dalam tahun 1869 diduga adalah 128 dan 127 u, Men­deleev menempatkan unsur dalam susunan yang terbalik (menurut massa atom), karena sifat-sifatnya menunjukkan tellurium masuk dalam kelompok (grup) VI dan iodium dalam kelompok VII (Golongan ditulis dengan angka Romawi untuk memudahkan penandaan).
Salah satu keuntungan daftar Mendeleev adalah memungkinkan membuat perkiraaan sifat-sifat unsur yang masih kosong dalam daftar. Sebab unsur yang ada dalam setiap kolom tertentu mempunyai sifat yang sama. Sebagai contoh germanium yang terletak di bawah silikon dan di atas timah putih dalam Kelompok IV, belum ditemukan ketika Mendeleev menyusun daftar ini. Oleh karena itu pada pita yang dibuatnya ditemukan kolom yang kosong. Berdasarkan letak elemen itu, Men­deleev dapat menduga sifat unsur ini yang disebutnya "eka-silikon", yang hares terletak antara silikon dan timah putih.
Jika kita lihat daftar periodik yang terbaru, kita jumpai unsur-unsur yang tidak ada dalam daftar Mendeleev. Kolom ini sangat penting dengan judul Gas Mulia ("Noble Gases"). Unsur ini sangat tidak reaktif, dalam bentuk gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, dalam jumlah yang sangat sedikit diatmosfir. Karena unsur ini tidak dikenal senyawanya, maka para ilmuwan dimana Mendeleev tidak tahu adanya unsur ini. Setelah unsur ini ditemukan, diketahui bahwa massa atom argon. agak lebih besar dari kalium (K). Kenyataannya, kalium jelas masuk dalam unsur Kelompok I dan argon jelas masuk dalam kolompok gas mulia. Kembali lagi seperti terjadi pada Te dan I, sangat penting menempatkan sepasang unsur dalam daftar menurut massa atom yang terbalik (reverse).
Kebutuhan untuk memindahkan daftar massa atom dari kedua pasang unsur ini, menyebabkan para ilmuwan sadar akhimya, bahwa massa atom tidak menentukan sekali dimana elemen ditempatkan dalam daftar berkala. Dasar yang sebetulnya menentukan daftar periodik dapat terletak dimana saja, seperti yang akan kita bicarakan dalam uraian

Pandangan Terbaru Tentang Atom
Permasalahan yang dijumpai jika elemen disusun dalam daftar berkala Mendeleyev menurut aturan massa-atom akan hilang, jika unsur-unsur ini disusun menurut nomor atomnya. Untuk memahami nomor atom, maka kita harus mula-mula melihat struktur bagian dalam dari atom. Pandangan Dalton mengenai atom sebagai bagian yang paling kecil (partikel) yang tidak dapat dibagi, kita ketahui sekarang bahwa hal ini tidak benar. Eksperimen-eksperimen yang telah dimulai sejak alkhir abad ke sembilan betas dan dilanjutkan sampai sekarang memperlihat­kan bahwa atom itu sendiri terdiri dari partikel-partikel subatom. Ba­nyak partikel ini yang telah diketahui, tetapi suatu yang prinsip, yang sangat penting kita ketahui adalah proton, neutron, dan elektron.
Proton dan elektron merupakan partikel yang bermuatan listrik. Pro­ton dan elektron ini membawa muatan yang berbeda, dimana proton mempunyai muatan yang ditetapkan dengan tanda positif (+) dan elek­tron mempunyai muatan yang ditetapkan dengan tanda negatif (–). Suatu hal yang sangat penting dipahami mengenai muatan listrik ini adalah muatan yang berlawanan akan sating tarik menarik dan muatan yang sama saling tolak menolak. Jadi, proton menarik elektron, tetapi proton menolak proton dan elektron menolak elektron. Neutron, sesuai dengan namanya, tidak bermuatan, dengan demikian muatan listriknya netral.

Dalam SI, muatan listrik ditetapkan dalam coulomb (simbolnya Q). Satu coulomb adalah jumlah muatan listrik yang melalui titik-titik yang telah ditentukan dalam suatu kawat jika arus listrik sebesar 1 Amper melaluinya selama 1 detik. Dalam istilah yang lebih umum, jika bola lampu 100 watt bersinar, maka dibutuhkan waktu 1,2 detik larnanya muatan listrik melalui kawat bola lampu itu agar diperoleh muatan 1 coulomb. Jumlah muatan ini cukup besar, tetapi jumlah muatan yang dibawa oleh satu elektron sangat kecil, yaitu sebesar 1,60 x 10-19 C. Karena muatan elektron adalah negatif, maka muatannya adalah –1,60 •x 10-19 C. Proton juga mempunyai muatan yang sama dengan elektron, tetapi dengan muatan yang berlawanan, jadi muatan proton adalah +1,60 x 10-19 C.

Jika kita menghitung muatan listrik partikel, selalu dikalikan dengan 1,60 x 10-19 C, dengan demikian lebih sesuai untuk menyederhanakan satu unit muatan listrik sama dengan jumlah ini. Dalam Skala ini, suatu elektron mempunyai satu unit muatan negatif (disebut muatannya 1–) dan suatu proton mempunyai satu unit muatan positif (disebut muatan­nya 1 +).
Partikel subatom ini juga mempunyai sifat lain yang penting yaitu massanya. Proton dan neutron adalah partikel yang relatif berat yang massanya kira-kira satu unit massa atom (1u). Sebaliknya elektron adalah partikel yang ringan dengan massa hanya kira-kira 1/1836 dari massa proton.
Intl Atom
Konsep inti atom sudah dikenal oleh orang-orang yang pernah mende­ngar energi nuklear. Intl (nucleus) adalah nama untuk partikel yang sangat kecil dan sangat padat, neutron yang berdasarkan percobaan memperlihatkan bahwa inti ini terletak di tengah atom. Berdasarkan percobaan juga diperlihatkan bahwa semua proton dan neutron dari atom terletak dalam intinya dan elektron tersebar sekeliling inti. Bagai­mana elektron ini tersusun merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu kimia dan akan diuraikan lebih panjang pada Bab 7. Untuk seka­rang, sudah cukup untuk diketahui bahwa elektron berada diluar inti dan elektron ini mengisi hampir semua volume dari suatu atom.
Sejauh dikaitkan dengan limit kimia, inti ini penting karena dua alasan. Alasan pertama adalah jumlah proton dalam inti, yang berhu­bungan dengan nomor atom suatu atom, menunjukkan jumlah elektron yang harus dipunyai oleh atom agar muatan listriknya menjadi netral.
Alasan kedua adalah massa atom ditentukan mula-mula oleh jumlah proton dan neutron dalam intinya, dimana setiap proton dan neutron menyumbang kira-kira satu unit massa atom. Partikel ini begitu berat dibandingkan dengan elektron, sehingga massa dari inti hampir sama dengan massa atom suatu atom. Sebagai tambahan, karena inti sangat kecil, kepadatan materi inti sangat besar, kira-kira 1014 g/cm3. Untuk menggambarkan betapa padatnya inti ini, maka jika semua inti dari semua atom 'yang ada dalam minyak mentah yang dibawa oleh satu super tanker yang terbesar diduma dipadatkan, maka inti, atom ini hanya mengambil volume kira-kira 0,004 cm3. Volume ini kira-kira sama dengan sepersepuluh dari satu tetes air, meskipun gabungan mas­sanya lebih dari 400.000 ton !

ISOtOP
Seperti telah diuraikan dalam modul sebelumnya, tidak semua atom dari unsur yang sama mempunyai massa yang identik dengan massa yang diusulkan oleh Dalton. Bentuk atom yang bermacam-macam ini disebut isotop. Keberadaan isotop merupakan fenomena yang umum dan kebanyakan unsur secara alamiah terdiri dari campuran isotop. seperti yang akan kita jumpai kemudian, sifat-sifat unsur hampir selurulinya ditentukan oleh jumlah dari distribusi elektron disekeliling nukleus. Oleh sebab itu, nomor atom yang diketahui, secara tidak lang­sung dapat membedakan suatu atom dari satu unsur dari atom unsur lainnya, karena jumlah elektron harus sama dengan nomor atom dalam suatu atom yang bermuatan listrik netral. Dengan perkataan lain nomor atom suatu atom menunjukkan identitas suatu unsur . jika massa atom dari unsur yang sama berbeda sama sekali, hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah neutron yang dimiliki oleh atom tersebut.
Isotop yang khusus dari suatu unsur ditentukan dengan cara menetap­kan nomor atomnya, yaitu dengan lambang Z dan nomor massanya A
Nomor massa merupakan penjumlahan banyaknya proton dan neutron dari suatu atom. Dengan demikian nomor neutron dapat-diperoleh dari perbedaan A Z.
Kita gambarkan isotop secara simbolik dengan menuliskan nomor massa atom di atas dan nomor atom di bawah, keduanya menunjukkan lambang suatu atom.
AXZ
Sebagai contoh, atom karbon (Z = 6), yang mengandung enam neutron mempunya lambang 12C6. Ini adalah karbon yang mempunyai 12 isotop, yang merupakan dasar dari Skala massa atom.
Perlu diperhatikan bahwa, kecuali karbon-12, nomor massa isotop, berbeda dengan massa yang sebetulnya yang ditetapkan dalam unit massa atom. Sebagai contoh, isotop 16 0 mempunyai nomor massa atom 16, yang berarti jumlah banyak proton dan neutron adalah 16. Sebetul­nya, massa atom 160 yang benar adalah 15,99491 u.
Seperti dapat dilihat di atas, kebanyakan elemen terjadi di alam dalam bentuk campuran isotop. Elemen tembaga misalnya, ditemukan di alam mengandung dua isotop, 63Cu29 dan 65Cu29 yang massanya telah dapat ditentukan dengan tepat sebesar 62,9298 dan 64,9278 u. Berat relatif elemen tembaga adalah 69,09 % dan 30,91 %. Dari penelitian massa atom rata-rata dari tembaga adalah 63,55, yang diperoleh dari berat rata-rata massa isotop, berdasarkan berat relatif isotop.

Nomor Atom dan Tabel Periodik yang Baru
Jika unsur disusun dalam susunan berkala menurut nomor atom, semua hal yang masih diragukan yang dijumpai dalam tabel Mendeleev men­jadi hilang. Tellurium dan indium, argon dan kalium tersusun dengan sendirinya ke tempat dimana unsur ini seharusnya. Jadi, terbukti nomor atom suatu unsur--jumlah proton dalam inti atom tersebut menentukan dimana unsur tersebut ditempatkan dalam tabel dan setiap unsur dengan sifat yang sama dijumpai dalam kelompok yang sama, dan nomor atom elemen tersebut pasti menentukan macam-macam sifat kimia dan fisika unsur tersebut. Untuk sekarang, marilah kita perhatikan susunan berkala baru telah disusun, dimana kita dapat mengetahui cara menggunakannya untuk menghubungkan sifat kimia dan sifat fisika suatu unsur.
Susunan berkala yang sekarang digunakan dapat dilihat pada Gambar. Angka yang dicetak di atas simbol kimia adalah nomor atom dan yang di bawah adalah massa atom. Sama seperti tabel Mendeleev, tabel ini terdiri dari sejumlah kolom sejajar (row) yang disebut ber­kala/periodik yang ditandai dengan angka biasa (Arab) dan kolom verti­kal yang disebut kelompok/golongan (group), dimana setiap golongan mengandung satu keluarga unsur Golongan ini juga ditandai dengan angka. Sistim penomoran yang selama ini dipakai di Amerika Serikat hampir sama dengan sistim Mendeleev dan setiap golongan/grup menggunakan angka Romawi dan huruf A atau B. Hal ini dapat dilihat pada bagian atas setiap kelompok/grup. Baru-baru ini, International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) menyetujui suatu sistim alternatif  dimana golongan/grup diberi nomor dari kiri ke kanan dimu­lai dari 1 sampai 18. Angka ini diletakkan di bawah penandaan Romawi. Sistim baru ini telah menimbulkan perdebatan yang hebat, banyak ahli kimia pengajar ilmu kimia menentangnya. Karena ketentuan ini masih diperdebatkan, maka kita akan menggunakan penomoran menurut angka Romawi dan golongan/grup A dan B.
Golongan yang dikiri tanda dengan huruf A (golongan I A sampai VII A) dan golongan 0 menunjukkan kebersamaan (kolektif) sebagai elemen representatif (representative element). Label dengan huruf B (golongan I B sampai VII B) ditambah golongan VIII (sebetulnya terdiri dari tiga kolom yang pendek yang terletak ditengah tabel) disebut elemen transisi (transition element). Alasan penandaan golongan A dan B adalah karena ada beberapa kesamaan sifat antara unsur kelom­pok A dan elemen kelompok B, meskipun kesamaan sifat tersebut ka­dang-kadang sedikit.
Akhirnya ada dua baris unsur yang diletakkan tepat di bawah bagian utama tabel. Unsur ini dikenal dengan nama unsur transisi bagian dalam (inner transition element), sebetulnya merupakan bagian dari bagan yang ada dalam tabel seperti terlihat dalam Gambar. Unsur ini biasanya diletakkan di bawah bagan yang telah disiapkan (conserve space), dengan demikian tabel dapat dicetak lebih menarik, seingga huruf-huruf tidak terlalu kecil untuk dapat dibaca. Perhatikan Gambar, terlihat baris pertama unsur transisi bagian dalam terletak setelah unsur lanthanum (La) dan baris kedua setelah unsur actinium (Ac). Karena unsur ini terletak mengik-un baris ini, maka baris pertama (unsur 58 sampai 71) disebut lantanida (lanthanides) dan baris kedua (90 sampai 103) disebut aktinida (actinides). Sering juga disebut, lantanida sebagai unsur yang jarang dijumpai di bumf (rare earth element), karena sangat sedikit ditemukan dalam kerak bumf.
Sebagian unsur mempunyai nama yang khusus, demikian juga jum­lah kelompoknya. sebagai contoh, unsur Golongan I A (diluar hidrogen) dikenal dengan nama logam alkali dan unsur Golongan II A logam alkali tanah. Unsur golongan VIIA adalah halogen, nama ini diambil dari bahasa Yunani, yang berarti "pembuat garam-salt-former". Akhir­nya unsur Golongan 0 (angka nol) disebut gas mulia (juga kadang-ka­dang disebut gas invert) karena elemen ini sangat sukar bereaksi.

Kunjungi home kami : http://zentheis.blogspot.com/

Kunjungi Facebook Kami https://www.facebook.com/Zentheis
»»  READMORE...